BAB IV
PEMBAHASAN
A.
Pembahasan
Penelitian Siklus I
a.
Tahap Perencanaan
Siklus I diadakan 3 kali pertemuan
pada hari Kamis tanggal 12, 13, dan 19 September
2013, pada jam pelajaran di kelas XI IPA 1. Materi pada siklus I adalah hukum gaya
gesek, hukum Newton tentang gravitasi dan hukum kepler. Sebelumnya guru sudah
mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), animasi yang diperlukan,
contoh-contoh soal dan lembar soal formatif.
b.
Tahap Pelaksanaan
Pertemuan
pertama
22
|
Setelah itu siswa dihadapkan pada fenomena gaya gesek statis. Siswa diminta
menentukan bagaimana nilai gaya gesek statis. Guru mendemontrasikan mendorong
meja dengan perantara ditengahnya ada botol air mineral bahan plastik. Guru
memberikan gaya yang kecil, ditandai dengan botol yang berubah bentuk agak elip
(meja tetap diam). Kemudian guru memberikan gaya lebih besar ditandai dengan
botol yang semakin elip hampir gepeng (meja tetap diam). Ketika gaya kecil
kemudian diperbesar terjadi perubahan gaya yang diberikan pada meja. Tetapi
meja tetap diam. Padahal menurut Newton bila resultan gaya yang bekerja pada
suatu benda bernilai nol maka benda akan berada pada keadaan awalnya. Gaya
apakah yang melawan gaya yang diberikan tangan kepada meja? Bagaimanakan
besarnya gaya yang melawan gaya tangan tersebut.
Diadakan diskusi kelas untuk memecahkan permasalah tersebut baik melalui
nalar dan juga melalui buku referensi yang dipegang siswa. Siswa menjawab bahwa
gaya gesek yang terjadi sama besar dengan gaya yang diberikan oleh tangan tapi
arahnya berbeda. Sehingga didapat persamaan gaya gesef statis, gaya gesek
dinamis, grafik gaya gesek statis dan gaya gesek dinamis.
Setelah ditemukan mengenai persamaan dan grafik siswa mencatat apa yang
penting mengenai hal yang telah didapat melalui diskusi. Pembelajaran
dilanjutkan dengan menyelesaikan persoalan sehari-hari dalam bentuk soal. Siswa
diberi kesempatan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Siswa yang
sukarela mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas. Pada akhir
pelajaran guru mempersilahkan siswa untuk merangkum materi tentang gaya gesek.
Siswa mencatat tugas rumah yang diberikan oleh guru.
Pertemuan kedua
Pada pertemuan kedua guru memeriksa pekerjaan rumah yang diberikan
pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan kedua ini materi yang diberikan adalah
tentang hukum Newton tentang gravitasi. Siswa diajak membayangkan alam semesta
dengan cerita dan animasi mengenai tata surya. Bagaimana tata surya, planet dan
matahari saling bergerak dalam keteraturan. Apa yang menjaga mereka tetap
stabil. Apa yang menahan kita hingga kita tidak melayang-layang di angkasa dan
masih tetap menginjakkan kaki di bumi. Hal ini untuk merangsang siswa
mengatakan bahwa gravitasi yang menahan dan menyebabkan semua benda langit
bergerak dalam keteraturan.
Siswa mengamati animasi berupa animasi flash mengenai konsep gaya gravitasi
antara dua benda. Animasi ini berupa dua buah bola yang diikat dan dipegang
oleh dua orang yang saling berhadapan. Kedua bola berada didepan masing-masing.
Kedua bola tersebut dapat diubah masanya menjadi lebih besar atau lebih kecil.
Jarak antara kedua bola juga dapat diubah dengan menggeser gambar bola
tersebut. Di atas masing-masing bola terlihat anak panah yang menunjukkan
vektor gaya gravitasi sehingga anak bisa mengamati bagaimana perubahan massa
salah satu bola atau kedua bola, perubahan jarak antara kedua bola hubungannya
dengan gaya gravitasi.
Guru memainkan animasi dengan mengubah-ubah
masa bola dengan jarak yang sama. Kemudian guru juga mengubah jarak
antara kedua bola dengan massa bola yang sama pada jarak pertama dan jarak
kedua. Siswa terlihat antusias melihat animasi ini. Hal ini karena ada animasi
manusia yang memegang tali yang terikat pada bola. Ketika gaya semakin besar
terlihat animasi orang brusaha sekuat tenaga menahan gaya gravitas kedua bola
sampai badannya kedua animasi manusia tersebut condong ke belakang seperti pada
lomba tarik tambang.
Dengan animasi ini siswa menemukan konsep tentang hukum gravitasi Newton
bahwa semakin besar massa benda semakin besar pula gaya gravitasi. Hal ini
ditandai dengan jawaban serempak siswa ketika ditanya ’bagaimanan jika massa
benda diperbesar? Jawaban mereka adalah ’semakin besar’. Bagaimana jika
jaraknya diperbesar? Mereka menjawab ’gaya gravitasinya semakin kecil. Maka
dapat disimpulkan bahwa semakin besar massa semakin besar gaya gravitasi. Sebaliknya
semakin besar jarak antara kedua benda maka semakin kecil gaya gravitasi kedua
benda tersebut. Untuk menemukan persamaan mengenai nilai kuantitatif gaya
gravitasi Newton siswa diberi kesempatan untuk mengkaji literatur yang mereka
miliki. Dengan literatur yang berbeda-beda akan banyak referensi yang saling
menguatkan.
Setelah mereka mendapatkan kosep dari pengamatan dan persamaan dari kajian
literatur siswa dihadapkan pada soal-soal. Semua siswa mengerjakan soal latihan
tersebut. Siswa yang ditunjuk harus mempresentasikan pekerjaannya di depan
kelas. Sehingga mereka bisa memecahkan masalah yang ada dalam soal.
Pertemuan ketiga
Sebelum memulai pelajaran guru menuliskan topik pembelajaran hukum Newton
tentang gravitasi serta menginformasikan tentang SK, KD dan indikator
pelajaran. Pada pertemuan ketiga siswa diminta untuk mengumpulkan data mengenai
hukum kepler. Secara acak siswa ditunjuk untuk mengemukakan pernyataan hukum I
kepler, hukum II kepler dan hukum III kepler. Siswa tidak mengalami kesulitan
pada saat mengemukakan hukum-hukum kepler. Tetapi ketika mereka diminta
menjelaskan hukum kepler, maksud dari hukum kepler itu bagaimana mereka
kesulitan. Meskipun begitu mereka terus didorong untuk mendapatkan penjelasan
sesuai dengan yang mereka pikirkan.
Kemudian guru menayangkan animasi flash tentang hukum kepler. Animasi itu
diputar berulang-ulang untuk menjelaskan hukum kepler I, hukum kepler II dan
hukum kepler III. Setelah mengemukakan hukum kepler, mengamati animasi dan
menyimak penjelasan dari guru diadakan diskusi kelas mengenai permasalahan yang
belum difahami.
Setelah itu siswa mencatat hal yang penting mengenai materi hukum kepler
yang telah didiskusikan. Catatan ditayangkan pada LCD dalam bentuk file power
point yang telah dibuat oleh guru. Siswa menyimak contoh soal yang diberikan
oleh guru. Kemudian siswa mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan oleh
guru secara mandiri. Pada proses pengerjaan soal siswa diperbolehkan berdiskusi
dengan teman. Pada akhir siklus I diadakan tes formatif. Waktu pelaksanaannya
adalah 2x45 menit. Dari tes akhir siklus I diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.1. Perolehan Nilai Test Akhir Siklus I
Nilai
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
≤ 50
|
13
|
35
|
51 - 60
|
11
|
30
|
61 – 70
|
13
|
35
|
71 ≤
|
0
|
|
Keterangan:
Nilai rata-rata : 53
Nilai tertinggi : 70
Nilai terendah : 37
Jumlah siswa : 37
Berdasarkan hasil nilai rata-rata siklus I secara keseluruhan terjadi peningkatan dibandingkan dengan nilai rata-rata awal. Namun
tidak ada siswa yang memperoleh nilai lebih dari 70. Hal ini diduga karena
siswa tidak terbiasa dengan model pembelajaran PBI.
c.
Tahap Analisis
Pada kegiatan siklus I suasana kelas saat penyajian materi cukup aktif
dilihat dari siswa menjawab pertanyaan secara serempak, walaupun masih ada yang
tidak menyimak. Pada saat berlangsungnya pembelajaran PBI suasana kelas kurang
tenang atau agak bising karena siswa saling bertanya satu sama lain apalagi
pada saat diskusi kelas. Sedangkan pada saat tes formatif suasana tenang.
Berdasarkan tes siklus I nilai rata-rata 53, semua siswa memperoleh
nilai < 75 (100%) berarti semua siswa
belum tuntas (perlu remedial) karena nilai KKM untuk XI IPA di SMA N 30 Jakarta
adalah 75.
d.
Tahap Refleksi
Berdasarkan pengamatan dan hasil analisis selama kegiatan siklus I,
beberapa siswa masih kurang memperhatikan. Terutama ketika proses mengamati
animasi. Tetapi ketika mencatat semua siswa mencatat dengan baik. Hal ini
dimungkinkan karena interaksi antara animasi dengan peserta didik tidak baik.
Animasi hanya berjalan satu arah. Siswa tidak bisa mengubah sesuatu pada
animasi itu. Sama seperti nonton film tidak seperti main game.
Pada saat tes formatif meskipun terlihat tenang tetapi ada juga yang
melihat pekerjaan teman sebelahnya. Oleh karena itu sebaiknya soal dibagi 2
tipe, yaitu kiri dan kanan. Sebelum masuk pada silkus II, guru memutuskan untuk
memperbanyak demontrasi daripada animasi. Penggunaan animasi hanya ketika demontrasi atau
eksperimen tidak mungkin dilakukan. Ketika menggunakan animasi pun, dipakai
animasi yang memungkinkan siswa berinteraksi dengan animasi tersebut seperti
layaknya main game. Hal ini dilakukan sebagai usaha meningkatkan motivasi agar siswa lebih aktif
dalam proses pembelajaran.
Penelitian Siklus II
a.
Tahap Perencanaan
Siklus II direncanakan 4 kali pertemuan. Yaitu pada tanggal 24, 26, 27 september
2013, tanggal 1 Oktober 2013. Diberikan materi tentang elatisitas dan gerak
harmonik sederhana dengan mengunakan demontrasi agar siswa bisa menentukan
sendiri mengenai modulus young hingga persamaan gerak harmonik sederhana. Pemberian
materi menggunakan model pembelajaran PBI. Pada akhir siklus II diadakan test
formatif.
b.
Tahap Pelaksanaan
Pertemuan
pertama.
Pertemuan pertama pada siklus dua membahas bab elastisitas sub bab
tegangan, regangan dan modulus young. Pertemuan dimulai dengan menyampaikan tujuan
pembelajaran dan materi pokok yang akan dilaksanakan. Kemudian guru bertanya
kepada siswa apa yang dibayangkan siswa ketika mendengar kata elastis. Diharapkan
siswa menjawab bahwa benda elastis adalah benda yang jika diberi gaya bentuknya
berubah dan jika gaya tersebut dihilangkan benda akan kembali ke bentuk semula.
Tetapi siswa langsung menjawab contoh benda elastisitas seperti karet, ban,
pegas dan lainnya. Berangkat dari contoh siswa didorong terus untuk menemukan
definisi benda elastis. Siswa mengamati demontrasi guru yang menarik sebuah
karet. Siswa menjawab pertanyaan ”karet diberi apa?” diharapkan jawabannya
adalah diberi gaya. Setelah berulangkali maka akhirnya siswa menjawab diberikan
gaya. Karet yang ditarik tadi dilepaskan oleh guru dan karet kembali memendek.
Pertanyaan dilanjutkan ”bagaimana jika gaya dilepas?” maka siswa menjawab
memendek lagi. Dan ditegaskan bahwa benda kembali ke bentuk semula.
Lalu bagaimanakah tegangan dan regangan pada suatu benda? Misalnya karet.
Pertanyaan ini dilontarkan kepada siswa. Siswa diminta melakukan studi pustaka
selama 5 menit untuk mengetahui definisi dan persamaan tegangan, regangan dan
modulus young. Setelah siswa mendapatkan definisi masing-masing konsep, siswa diberi
pertanyaan apakah benar pernyataan dibuku-buku yang telah baca. Pertanyaan itu
bertujuan memancing siswa agar mau melakukan pembuktian kebenaran teori
tersebut. Selanjutnya guru dibantu beberapa siswa mengadakan demontrasi. Siswa
yang tidak membantu tetap menyimak demontrasi.
Demontrasi memerlukan alat 2 utas karet yang berbahan sama dan ukuran luas
penampang berbeda. Penggaris, dan beban. Karet digantung di dinding kemudian
diberi beban 50 gram. Ini dianggap sebagai keadaan awal (panjang awal). Salah
satu perwakilan siswa mengukur panjang karet. Kemudian karet diberikan beban.
Di beban tertera tulisan 100 gram. Siswa ditanya hubungan massa dengan gaya.
Siswa menjawab bahwa 100 gram berarti gaya beratnya adalah 1 Newton. Hal ini
diasumsikan bahwa percepatan gravitasi adalah 10 m.s-2. Maka ketika
karet diberi beban sebanyak 100 gram artinya karet diberi gaya 1 Newton. Perwakilan
siswa yang lain mengukur kembali panjang karet setelah diberi gaya 1 Newton.
Dari demontrasi tersebut siswa diminta menyebutkan besaran yang diketahui.
Yaitu panjang awal, panjang setelah diberi gaya, gaya yang diberikan dan luas
penampang. Luas penampang sebelumnya sudah diketahui dari perhitungan di luar
kelas. Informasi yang diperoleh ditulis di papan tulis. Setelah diketahui semua
siswa ikut berpartisipasi dalam menghitung tegangan dan regangan dari karet
tersebut. Setelah mendapatkan nilai tegangan dan regangan dari demonttasi
pertama dilakukan kembali demontrasi sebanyak 3 kali dengan langkah yang sama.
Demontasi kedua dengan karet yang sama dan gaya diperbesar. Demontrasi ketiga
dengan karet yang luas penampangnya lebih besar dengan gaya 1 Newton.
Demontrasi empat dengan karet yang luas penampangnya lebih besar dan beban
lebih besar dari 1 Newton. Dari keempat demontrasi tadi didapat angka tegangan
dan regangan masing-masing. Siswa diminta menyimpulkan bagaimana tegangan dan
regangan suatu benda hubungannya dengan gaya yang diberikan dan luas penampang.
Langkah terakhir adalah pembuktian modulus young dari karet tersebut.
Ditekankan kembali bahwa bahan karet tersebut sama. yaitu dari ban motor bekas
yang digunting sedemikian rupa sehingga luas penampangnya berbeda. Modulus
young didapat dari perbandingan tegangan dan regangan. Data perhitungan untuk
modulus young diambil dari percobaan pertama dan ketiga. Dari perhitungan
didapat angka yang sama. Dari perhitungan siswa diminta menyimpulkan bagaimana
modulus young dari suatu bahan.
Siswa diminta mencatat hal yang penting yang telah diperoleh dari
percobaan. Hal yang dicatat adalah definisi, persamaan-persamaan dan kesimpulan
yang telah didapat dari diskusi. Persamaan dan definisi ditayangkan di LCD
dalam bentuk power point yang telah disiapkan oleh guru sebelumnya. Hal ini
dilakukan agar catatan rapi dan sistematis. Kegiatan dilanjutkan dengan
membahas contoh soal dan latihan soal mandiri oleh siswa. Dalam melakukan
latihan soal siswa dibolehkan melakukan diskusi dengan teman sekelasnya atau
bertanya langsung kepada guru.
Pertemuan kedua
Pertemuan kedua dimulai dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dan materi
yang dibahas yaitu bab elastisitas sub materi pokok hukum hooke dan rangkaian
pegas. Kemudian siswa diminta untuk memperhatikan animasi mengenai pegas. Pegas
diberikan beban pada dengan nilai beban 100 gram. Kemudian diberikan beban yang
lebih besar yaitu 250 gram. Terjadi pertambahan panjang pegas. Pada pegas yang
satunya lagi digantungkan beban yang 100 gram. Kemudian ditambahkan beban yang
lebih besar yaitu 250 gram.
Dari animasi kedua pegas tersebut terlihat perpanjangan pegas yang berbeda
walaupun diberikan beban yang sama yaitu 100 gram dan 250 gram. Siswa diminta
menjelaskan kenapa hal itu bisa terjadi. Awalnya siswa kebingungan untuk
menjawab pertanyaan tersebut. Siswa diminta untuk melakukan studi pustaka
berdasarkan buku referensi yang dimiliki masing-masing. Siswa juga dibimbing
untuk menenmukan bahwa yang menyebabkan perbedaan tersebut adalah sifat dari
pegas tersebut. Yaitu konstanta pegas.
Diskusi dilanjutkan dengan susunan pegas. siswa ditanya macam-macam susunan
pegas. para siswa serempak menjawab seri dan paralel. Beberapa siswa ditunjuk
untuk menggambarkan susunan pegas seri, susunan pegas paralel, dan susunan
pegas campuran. Ketika diminta untuk menggambarkan susunan siswa ragu-ragu. Hal
ini terlihat ketika siswa mau menggambar masih lihat ke temanya tanda tidak
percaya diri. Walapun begitu gambar dari masing-masing susunan pegas sudah
benar.
Kemudian siswa diminta menentukan persamaan konstanta pengganti dari
masing-masing susunan pegas. susunan pegas seri dan paralel dapat diselesaikan
dengan cepat. Sedangkan untuk susunan pegas campuran siswa masih kesulitan.
Oleh karena itu siswa menyimak penjelasan dari guru mengenai penyelesaian
permasalahan pada susunan pegas campuran.
Setelah memahami pengantian konstanta pegas pada masing-masing susunan
pegas, siswa mencatat hal yang penting dari materi yang telah didiskusikan.
Siswa bersama guru membahas contoh soal mengenai hukum hooke dan susunan pegas.
kemudian siswa diberi kesempatan untuk menyelesaikan latihan soal secara
mandiri. Beberapa orang siswa diminta mempresentasikan hasil pekerjaannya di
depan kelas.
Pertemuan ketiga
Pertemuan ketiga membahas tentang materi gerak harmonik sederhana. Gerak
harmonik sederhana pada bandul matematis dan pegas. Diawali dengan menyampaikan
tujuan pembelajaran dan materi yang akan dibahas yaitu gerak harmonik
sederhana. siswa menjawab pertanyaan guru mengenai definisi gerak
harmonik/perioda. Kebanyakan siswa menjawab bandul dan pegas. Lalu guru memberi
contoh bahwa kegiatan sekolah juga merupakan gerak periodik. Maka didapat
kesimpulan bahwa gerak periodik adalah gerak yang berulang pada selang waktu
yang sama.
Setelah itu guru bertanya kembali mengenai besaran pada gerak harmonik.
Siswa menjawab perioda, frekuensi, simpangan, kecepatan sudut. Pada saat
menjawab pertanyaan siswa diperbolehkan membuka buku referensi. Bagaimanakah
perioda dan frekuensi pada bandul? Apakah besarnya beban mempengaruhi? Apakah
panjang tali mempengaruhi? Lalu bagaimana halnya dengan pegas? Jawaban dari
siswa beragam. Ada yang menyebutkan semakin berat beban maka frekuensinya
semakin besar dan lain sebagainya. Dari jawaban yang beragam tadi siswa diajak
untuk menyimak dan melakukan demontrasi bersama-sama untuk membuktikannya.
Kegiatan dilanjutkan dengan demontrasi bandul matematis. Siswa diminta
untuk mengikatkan sebuah tali di langit-langit. Kebetulan ada rangka LCD yang
terbuat dari batang besi. Jadi bisa dipakai mengikatkan tali. Tali tersebut
diberikan 2 beban, masing-masing 50 gram. Jadi total beban 100 gram. Siswa
menyimak penjelasan guru mengenai titik kesetimbangan dan simpangan pada bandul
matematis.
Demontasi dimulai dengan menyimpangkan bandul pada jarak tertentu. Seluruh
siswa diminta menghitung banyaknya getaran. Getaran yang diperlukan adalah 10
getaran. Salah seorang siswa mengukur waktu dengan menggunakan stopwatch
digital. Perhitungan banyaknya geratan sebanyak sepuluh getaran dan perhitungan
waktu dimulai dan berhenti berdasarkan aba-aba guru. Aba-aba dimulai adalah
”ya” dan aba-aba berhenti adalah ”stop”.
Seluruh siswa terlihat antusias dalam menghitung bandul matematis ini.
Kemudian siswa diminta menyebutkan besaran yang diketahu dari demontrasi yang
dilakukan. Yaitu banyaknya getaran dan waktu. Siswa diminta menentukan perioda
dan frekuensi dari demontasi tersebut. Demontrasi untuk bandul matematis
dilakukan sebanyak 4 kali. Demontrasi kedua dilakukan dengan panjang tali sama dengan
demontrasi pertama dan beban diperbesar. Demontrasi ketiga dilakakukan dengan
panjang tali lebih kecil dari pada demontrasi pertama dan kedua dan beban 100
gram. Demontrasi keempat dengan tali yang sama dengan demontrasi ketiga dan
beban diperbesar.
Berdasarkan demontrasi-demontrasi yang dilakukan dan perhitungan dari
masing-masing data yang diperoleh siswa diminta menyimpulkan hubungan periode,
frekuensi, panjang tali dan besarnya beban. Siswa diminta menekankan pada
kesimpulan dan bukan kepada angka yang diperoleh pada saat itu. Supaya
kesimpulan bersifat umum.
Kegiatan selanjutnya adalah demontrasi gerak harmonis pada pegas.
Demontrasi pegas menggunakan media phet dari universitas colorado. Demontrtasi
ditanyangkan pada LCD tapi tetap dapat berinteraksi dengan siswa. Pada layar
terdapat tampilan 3 buah pegas, 6 buah beban, stopwatch dan penggaris. Pengguna
dapat menggantungkan satu buah beban pada pegas dan mengukur simpangan.
Dalam melakukan demontrasi siswa diminta menghitung getaran pegas sebanyak
10 getaran sedangkan yang menjadi operator waktu adalah guru sendiri.
Demontrasi pada pegas juga dilakukan sebanyak 4 kali. Pegas yang sama dan beban
berbeda sebanyak dua kali. Kemudian mengubah konstanta pegas dan beban berbeda
sebanya dua kali. Kemudian dilakukan perhitungan perioda dan frekuensi dari
masing-masing demontrasi.
Setelah itu guru mempersilahkan siswa untuk mencatat perioda dan frekuensi
pada bandul matematis dan pegas. Guru menekankan bahwa konsep ini dipakai
ketika melakukan perhitungan. Ketika perhitungan menyalahi konsep maka ada
kemungkinan salah perhitungan atau salah rumus untuk menghitungnya. Kegiatan
dilanjutkan dengan membahas contoh soal dan mengerjakan soal latihan mandiri.
Beberapa siswa diminta mengemukakan penyelesaian soal yang telah dilakukannya.
Pertemuan keempat
Pada pertemuan keempat dibahas tentang persamaan simpangan, kecepatan
percepatan, fase, sudut fase dan beda fase. Pembelajaran dimulai dengan
mengingatkan kembali siswa mengenai simpangan. Simpangan adalah titik yang
berada di luar titik keseimbangan. Siswa diminta mencari persamaan simpangan
dari literatur yang ada. Kemudian pembelajaran dilanjutkan dengan menuliskan
persamaan simpangan baik untuk bandul maupun pegas.
Setelah menuliskan persamaan simpangan siswa diajak untuk menemukan asal
persamaan simpangan itu di dapat. Persamaan tersebut didapat dari persamaan
benda yang melakukan gerak melingkar. Bagaimana hal ini dapat terjadi? Siswa
berusaha menjawab pertanyaan tersebut. Tetapi kebanyakan siswa tidak tahu. Oleh
karena itu siswa menyimak video mengenai gerak harmonik dari pegas dan gerak
melingkar benda. Dalam video tersebut gerak harmonik dan gerak melingkar
disoroti oleh cahaya kemudian bayangannya ditangkap oleh layar. Dari proyeksi
tersebut terlihat bayangan beban pada pegas dan benda yang melakukan gerak
melingkar itu naik turun bersamaan. Sehingga dari video tersebut siswa dapat
memahami mengapa persamaan simpangan pada bandul sederhana dan pegas sama
dengan persamaan simpangan pada benda yang melakukan gerak melingkar.
Setelah menyimak persamaan simpangan siswa diajak untuk menganalisis persamaan
kecepatan dan persamaan percepatan. Guru mengajak siswa untuk berdiskusi
sehingga bisa mendapatkan persamaan kecepatan dan percepatan. Guru merangsang
siswa dengan mengingatkan kembali bagaimana mendapatkan kecepatan dari fungsi
waktu. Jawaban siswa ada yang menggatakan dengan cara diturunkan. Langsung
ditanggapi oleh guru. Siswa dan guru bersama-sama menurunkan persamaan
simpangan hingga ditemukan persamaan kecepatan dan percepatan.
Siswa menyimak informasi mengenai fase, sudut fase dan beda fase. Siswa
diajak berdiskusi dan mengkaji literatur mengenai hal tersebut. Setelah itu
siswa mencatat hal yang penting dari diskusi kelas. Kemudian siswa dan guru
bersama-sama membahas contoh soal. Siswa diberikan kesempatan untuk mengerjakan
latihan secara mandiri. Pada akhir sisklus II diadalan tes formatif. Tes
mencakup materi elastisitas dan gerak harmonik sederhana. Tes berupa esay
sebanyak 10 soal. Waktu pelaksanaaan tes adalah 2x 45 menit. Dari hasil akhir
siklus II diperoleh sebagai berikut:
Tabel 4.2. Perolehan Nilai Test Akhir Siklus
II
Nilai
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
51 - 60
|
1
|
3
|
61 – 70
|
7
|
19
|
71 – 80
|
12
|
32
|
81 - 90
|
13
|
35
|
91 - 100
|
4
|
11
|
Keterangan :
Nilai rata-rata : 79
Nilai tertinggi : 94
Nilai terendah : 56
Jumlah siswa : 37
Berdasarkan hasil nilai rata-rata siklus II secara keseluruhan terjadi
peningkatan dibandingkan nilai rata-rata siklus I dan persentase jumlah siswa
yang mendapat nilai 80 – 100 juga mengalami peningkatan. Berarti pembelajaran
dengan model pembelajaran PBI dapat meningkatkan hasil belajar Fisika.
c.
Tahap Analisis
Dalam kegiatan siklus II siswa terlihat lebih antusias dan lebih aktif
dalam mengikuti pelajaran. Hal ini terlihat dari keikut sertaan semua siswa
dalam demontrasi demontrasi selama kegiatan pembelajaran pada siklus II. Berdasarkan hasil test siklus II nilai
rata-rata kelas = 79, nilai tertinggi = 94 dan terendah = 56 berarti masih ada
siswa yang tidak tuntas sebanyak 13 orang. Dilihat dari keseluruhan semua siswa
mengalami peningkatan. Namun demikian masih terdapat 8 orang (21%) yang belum
tuntas. Maka perlu ada perbaikan dalam proses pembelajaran dan lebih banyak
melibatkan siswa secara aktif.
d.
Tahap Refleksi
Berdasarkan pengamatan dan hasil analisis selama kegiatan siklus II,
dapat di kemukakan bahwa hasil belajar ditinjau dari nilai rata-rata
keseluruhan meningkat dan keaktifan siswa juga meningkat. Oleh karena itu,
model pembelajaran PBI ini perlu
dipertahankan. Perbaikan yang perlu dilaksanakan adalah dengan penugasan
membaca materi dan lebih banyak mengikut sertakan peserta didik untuk aktif
dalam setiap pembelajaran.
Penelitian Siklus III.
a.
Tahap Perencanaan
Siklus III direncanakan 4 kali pertemuan yaitu pada tanggal 1, 7, 8 dan
14 November 2013 di kelas XI IPA 1 dengan materi usaha, daya dan energi.
Sebelumnya guru sudah mempersiapkan RPP, lembar soal tes formatif, lembar
absensi dan lembar instrumen observasi untuk diisi oleh observer.
b.
Tahap Pelaksanaan
Pertemuan pertama
Pertemuan pertama membahas tentang usaha dan daya. Pertemuan dimulai dengan salam pembuka
kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok materi yang akan dipelajari
yaitu usaha dan daya. Mulanya guru bertanya apa yang kalian bayangkan ketika
mendengar kata usaha. Jawaban dari siswa beragam, tapi kebanyakan siswa telah menjawab
bahwa usaha adalah hasil kali gaya kali perpindahan.
Kegiatan dilanjutkan dengan membagi siswa ke dalam 9 kelompok terdiri dari
4 orang dan sebagian kelompok 5 orang. Setiap kelompok mendapatkan LKS. Setelah
dibagikan LKS mengenai usaha dan daya siswa diminta mempelajari LKS. Semua
siswa langsung melaksanakan langkah-langkah kerja sesuai dengan LKS. Berkumpul
sesuai dengan kelompoknya masing-masing.
Karena Langkah kerja pada LKS memerlukan media tangga maka semua siswa
memilih tangganya masing-masing. Ada yang dari lantai 3-2 ada yang lantai 1-2.
Siswa terbagi menjadi dua tempat. Yaitu pojok barat sekolah dan sebelah timur
sekolah karena disanalah terdapat tangga. Pada pelaksanaanya siswa banyak yang
bertanya mengenai perpindahan total, perpindahan yang dipakai apakah sisi
miring, horizontal atau vertikal. Sebagian siswa juga bertanya ’kok usaha pada
saat seseorang bergerak lambat dan bergerak cepat ketika menaiki tangga tetap
sama’.
Setelah selesai melaksanakan semua langkah kerja dan pengolahan data, semua
siswa masuk kelas kembali. Perwakilan dari dua kelompok diminta maju dan
mempresentasikan hasil kerjanya. Satu kelompok mempresentasikan mengenai usaha
dan satu kelompok lagi mempresentasikan mengenai daya. Kelompok lain
memperhatikan dengan seksama. Meski hasil angka yang berbeda karena tangga yang
digunakanpun berbeda, tapi siswa diarahkan bahwa usaha ketika lambat maupun
cepat tetap sama. Usaha tidak berhubungan dengan waktu.
Permasalahan lain yang ditemukan adalah kenapa ketika naik tangga perpindahan
yang dipakai untuk menghitung usaha adalah perpindahan arah vertikal saja.
Siswa dibimbing untuk menemukan gaya yang bekerja. Setelah menyimak penjelasan
guru mengenai arah gaya, arah perpindahan dan sudut yang dibentuk antara vektor
gaya dan vektor perpindahan siswa memahami kenapa yang digunakah hanya arah
vertikal pada kasus tersebut. Presentasi yang kedua menunjukkan bahwa dengan
usaha yang sama tetapi ketika waktu yang dibutuhkan sedikit maka dayanya lebih
besar. Ketika waktunya lebih banyak maka dayanya lebih kecil.
Setelah dilakukan presentasi siswa mencatat hal yang penting. Kemudian
siswa bersama guru membahas contoh soal. Siswa diberikan kesempatan untuk
mengerjakan latihan soal secara mandiri dengan didampingi oleh guru. Pada akhir
kegiatan siswa diminta merangkum secara lisan mengenai materi yang telah
dipelajari.
Pertemuan kedua
Pembelajaran pada pertemuan kedua membahas tentang energi. Antara lain energi
potensial, energi kinetik dan hukum kekekalan energi mekanik. Awal pembelajaran
siswa menyimak tujuan pembelajaran dan materi yang akan dipelajari. Awal
pembelajaran guru memberi pertanyaan siapakah yang pernah melihat energi?
Sebagian siswa terjebak pernah melihat. Padahal energi sesuatu yang abstrak.
Siswa menjawab pertanyaan guru untuk menyebutkan macam-macam energi.
Jawaban siswa antara lain energi listrik, energi cahaya, energi potensial,
energi kinetik, energi mekanik dan lainnya. Dari beberapa energi yang
disebutkan siswa guru membatasi energi potensial, energi kinetik dan energi
mekanik. Kemudian siswa ditanya mengenai persamaan energi kinetik, energi potensial dan energi kinetik. Secara
serempak siswa menjawab energi kinetik sama dengan ”setengah em vi kuadrat”.
Ketika ditanya persamaan energi potensial siswa menjawab juga m × g × h. Pun
ketika ditanya energi mekanik siswa langsung menjawab energi kinetik ditambah
energi potensial pak. Jawaban-jawaban siswa tersebut langsung ditulis oleh guru
di papan tulis.
Setelah menjawab pertanyaan mengenai persamaan energi. Siswa diminta
menjawab pertanyaan konsep. Bagaimanakan energi potensial suatu benda jika
kedudukannya semakin tinggi dari permukaan tanah? Sebagian siswa menjawab
semakin besar. Sebagian keci lsiswa hanya diam saja. Begitupun ketika ditanya
menganai energi kinetik hubungannya dengan kecepatan. Bagaimana energi kinetik
suatu benda jika kecepatannya semakin besar? Siswa menjawab semakin besar.
Setelah diskusi kelas siswa dibagi ke dalam 9 kelompok. Pembagian kelompok
dibagi oleh guru sesuai dengan tempat duduk. Kelompok pertemuan ini berbeda
dengan kelompok pertemuan sebelumnya. Perubahan kelompok bertujuan melatih
siswa menghadapi, bekerja sama dan menghargai orang baru dalam kelompoknya.
Setelah terbentuk kelompok, siswa mendapat LKS perkelompok. LKS ini merupakan
LKS analisis berisi tentang energi kinetik, energi potensial dan hukum
kekekalan energi mekanik. Dalam LKS diberikan dua kasus yaitu jatuh bebas dan
pemain skate board yang melaju dari bawah ke atas pada lintasan dengan kelajuan
awal tertentu.
Siswa agak kesulitan ketika menentukan energi potensial pada gerak jatuh
bebas pada detik pertama hingga akan menyentuh tanah. Hal ini karena siswa
sulit menentukan ketinggian pada detik pertama kedua, ketiga, dan keempat.
Siswa keliru antara jarak yang ditempuh dengan ketinggian. Guru membimbing cara
berpikir siswa harus ekstra untuk memecahkan masalah tersebut.
siswa diberikan batas waktu untuk menyelesaikan analisis permasalahan pada
LKS. Kemudian perwakilan dua kelompok diminta mempresentasikan hasil dari
pekerjaannya. Perwakilan pertama menjelaskan energi potensial energi kinetik
dan energi mekanik pada gerak jatuh bebas. Perwakilan kelompok kedua
menjelaskaan energi potensial, energi kinetik dan energi mekanik pada gerak
orang naik skateboar dari bawah ke atas.
Dari hasil presentasi diketahui bahwa ketika benda bergerak jatuh bebas
energi potensialnya semakin kecil. Karena ketinggiannya semakin kecil. Hal ini
berbalik dengan energi kinetiknya. Ketika dijatuhkan energi kinetiknya semakin
besar. Hal ini karena kecepatannya semakin besar. Sedangkan energi mekaniknya
sama pada setiap detik.
Diketahui pula ada satu kelompok yang keliru dalam menentukan energi
potensialnya. Padahal secara konsep kelompok tersebut tahu bahwa semakin ke bawah
energi potensial semakin kecil. Tetapi kelompok tersebut terpaku dengan hasil
perhitungan. Setelah dilihat hasil kerja kelompok tersebut diketahui penyebab kekeliruan
adalah siswa salah dalam menentukan ketinggian pada detik pertama, detik kedua,
detik ketiga dan detik keempat. Karena masih ada kekeliruan pada satu kelompok
maka diadakan diskusi kelas yang dipandu oleh guru. Siswa yang mempresentasikan
gerak jatuh bebas diminta menjelaskan cara menentukan ketinggian pada gerak
jatuh bebas. Setelah dijelaskan oleh kelompok dijelaskan ulang oleh guru.
Diharapkan dengan dua penjelasan oleh orang berbeda dan bahasa yang berbeda
pula seluruh siswa tidak lagi keliru dalam menghitung energi potensial dan
energi kinetik.
Pertemuan ketiga
Pertemuan ketiga dimulai dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dan materi
pokok yang akan dibahas yaitu Teorema usaha energi. siswa dihadapkan pada
pertanyaaan apakah ada hubungan antara usaha dengan energi? bagaimanan
hubungannya. Siswa diminta untuk melakukan studi pustaka guna menemukan jawaban
dari permasalahan tersebut selama 10 menit.
Sepuluh menit berikutnya diadakan diskusi kelas untuk mendiskusikan jawaban yang mungkin dari
setiap siswa. Bagaimana hubungan usaha dengan energi kinetik? Siswa menjawab
usaha sama dengan perubahan energi kinetik. Begitupun ketika ditanya hubungan
usaha dengan energi potensial. Jawabannya adalah usaha sama dengan perubahan
energi potensial. Setelah melakukan studi pustaka dan diskusi kelas siswa
dibagi ke dalam 9 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 orang sebagian
kelompok terdiri dari 5 orang. Setiap kelompok diberikan LKS yang berisi
permasalah beberapa kasus. Siswa diminta untuk menentukan energi potensial
energi kinetik dan usaha dari kasus-kasus tersebut.
Pada saat diskusi kelompok semua siswa terlihat aktif. Masing-masing
kelompok serius dengan tugasnya. Kesulitan yang dihadapi para siswa adalah
ketika menentukan h1 dan h2. Mereka kebingungan apakah tanda negatif itu
menjadi jawaban yang berbeda atau sama. Tiga kelompok bertanya tentang hal itu.
Maka setiap kelompok dibimbing bahwa tanda min atau plus itu menunjukkan arah.
Yang penting tahu arahnya kemana.
Diakhir pembahasan perwakilan dua kelompok diminta maju ke depan kelas
untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya. Kelompok pertama mempresentasikan
usahan-energi potensial. Kelompok kedua mempresentasikan usaha-energi kinetik.
siswa dari kelompok lain dipersilahkan untuk mengemukakan pendapat atau
bertanya. Tetapi tidak ada yang bertanya. Jawaban semua kelompok sama. diakhir
pertemuan siswa diminta mereview pelajaran yang telah didiskusikan pada hari
itu.
Pertemuan
keempat
Pada pertemuan keempat diisi dengan membahas Penerapan usaha energi dalam
kehidupan sehari-hari. Kegiatan diisi dengan latihan soal yang berkaitan dengan
usaha energi pada bergabai kasus. Dari hasil akhir siklus III diperoleh sebagai
berikut:
Tabel 4.3. Perolehan Nilai Test Akhir Siklus
III
Nilai
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
51 - 60
|
0
|
0
|
61 – 70
|
1
|
3
|
71 – 80
|
2
|
5
|
81 - 90
|
16
|
43
|
91 - 100
|
17
|
46
|
Keterangan :
Nilai rata-rata : 90
Nilai tertinggi : 100
Nilai terendah : 65
Jumlah siswa : 37
Berdasarkan hasil nilai rata-rata siklus III secara keseluruhan terjadi peningkatan
dibandingkan dengan nilai rata-rata
siklus II, persentase jumlah siswa yang mendapat nilai 80 - 100 mengalami
kenaikan.
c.
Tahap Analisis
Berdasarkan hasil tes siklus III, nilai rata-rata kelas 88.6. Siswa yang memperoleh
nilai < 63 ada 2 siswa (3%), berarti ada 2 siswa yang belum tuntas atau
perlu remedial. Sedangkan yang mendapat nilai ≥ 71 ada 35 siswa (97%), berarti
nilai tes siklus III mengalami peningkatan sedikit dibandingkan nilai siklus
II.
d.
Tahap Refleksi
Berdasarkan pengamatan dan hasil analisis selama kegiatan siklus III
dilihat dari nilai rata-rata mengalami peningkatan dan keaktifan siswa juga meningkat
dibandingkan siklus-siklus sebelumnya. Dari data di atas, dapat dikatakan bahwa
pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran PBI dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini dilaksanakan sampai siklus III
karena melihat hasil belajar siswa telah meningkat secara keseluruhan.
B. Perkembangan siklus ke siklus
1.
Keaktifan
siswa
Kegiatan penelitian tindakan kelas model pembelajaran PBI yang sudah
terlaksana mulai dari siklus I sampai siklus III mempunyai hasil berbeda.
Perbedaan dari setiap proses tersebut tidak lain disebabkan adanya upaya untuk
meningkatkan hasil belajar fisika siswa. Selama kegiatan proses pembelajaran
berlangsung :
a. Pada umumnya mengenai kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran PBI sudah terlaksana sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP).
b. Terjadi peningkatan keaktifan peserta didik dari siklus satu ke siklus
III. Hal ini ditandai dengan lebih banyaknya kegiatan siswa baik itu berupa
percobaan atau analisis dalam bentuk LKS.
c. Siswa perlu dimotivasi untuk tidak cepat puas dan terus menggali jawaban
dari setipa permasalahan.
d. Dalam evaluasi sebaiknya soal dibuat 2 tipe, yaitu tipe A dan tipe B
supaya siswa tidak bekerja sama.
2.
Hasil
belajar
Hasil belajar siswa dari siklus ke siklus mengalami peningkatan. Dilihat
dari rata-rata nilai siswa meningkat. Rata-rata nilai siklus satu adalah 53,
siklus dua adalah 79 dan siklus tiga adalah 90. Adapun nilai siswa berdasarkan
rang angka dari terkecil ke yang terbesar dapat dilihat pada grafik berikut:
Gambar 4.1. Grafik perolehan nilai siswa
Dari
grafik dapat dilihat bahwa pada siklus I belum ada nilai yang mencapai skor di atas
70 sedangkan pada siklus III nilai yang terakhir berada di rang 60-70 yaitu 3%
dari total sisya yang berarti 1 orang saja. Sisanya berada di atas 80.
No comments:
Post a Comment