Monday, July 1, 2013

contoh isi penelitian tindakan kelas


BAB II 
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A.      Kajian Teori
1.    Model pembelajaran problem based instruction
Menurut Arends (dalam Trianto, 2009: 92) PBI merupakan suatu pembelajaran yang siswa sendiri mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Siswa dihadapkan pada persoalan-persoalan nyata yang erat dengan kehidupan sehari-hari. Siswa dituntut untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
Ciri-ciri dari model pembelajaran PBI adalah: Pertama,  PBI merupakan suatu pembelajaran. Artinya bahwa siswa sebagai individu yang belajar harus aktif dalam proses pembelajaran. Kedua, PBI didasarkan pada masalah. Maka tanpa adanya masalah yang muncul tidak akan ada proses pembelajaran. Ketiga, pemecahan masalah yang dilakukan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah.
Hakikat masalah dari model pembelajaran PBI adalah gap atau kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang diharapkan atau antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan (Sanjaya, 2009: 216). Permasalahan yang dikemukakan adalah permasalahan yang terbuka. Sumber belajarnya pun tidak terbatas pada buku saja, melainkan peristiwa-peristiwa yang sesuai dengan kurikulum pembelajaran.
Menurut Ibrahim (dalam Trianto, 2007: 97) peran guru dalam PBI antara lain sebagai berikut :
1)      Mengajukan masalah atau mengorientasikan siswa  kepada masalah autentik, yaitu masalah kehidupan nyata sehari-hari.
2)      Memfasilitasi/membimbing penyelidikan, misalnya melakukan pengamatan atau melakukan eksperimen/percobaan.
3)      Memfasilitasi dialog siswa.
4)      Mendukung belajar siswa.
2.    Langkah-Langkah Model Pembelajaran Problem Based Instruction
Menurut Trianto (2009: 98) tahapan-tahapan model pembelajaran PBI meliputi: (1) Orientasi siswa pada masalah; (2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar; (3) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok;
(4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya; (5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Adapun rincian tiap tahap adalah sebagai berikut:
1.    Mengorientasikan siswa pada masalah
Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Dalam tahapan ini guru menjelaskan dengan rinci apa yang harus dilakukan oleh siswa dan juga oleh guru.
Sutrisno (dalam Dasna, 2007: 1) menekankan empat hal penting pada proses ini, yaitu: (1) Tujuan utama pengajaran ini tidak untuk mempelajari sejumlah besar informasi baru, tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting dan bagaimana menjadi siswa yang mandiri, (2) Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban mutlak “benar“, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan, (3) Selama tahap penyelidikan (dalam pengajaran ini), siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan dan mencari informasi. Guru akan bertindak sebagai pembimbing yang siap membantu, namun siswa harus berusaha untuk bekerja mandiri atau dengan temannya, dan (4) Selama tahap analisis dan penjelasan, siswa akan didorong untuk menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan. Tidak ada ide yang akan ditertawakan oleh guru atau teman sekelas. Semua siswa diberi peluang untuk menyumbang kepada penyelidikan dan menyampaikan ide-ide mereka.
2.      Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Pada tahap ini guru membuat kondisi sedemikian rupa sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan kondusif. Siswa dibentuk kedalam kelompok-kelompok yang disesuaikan dengan jumlah siswa, karena disamping mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, model pembelajaran PBI juga mendorong siswa belajar berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangat membutuhkan kerjasama dan sharing antar anggota. Guru juga mengatur dan memotivasi siswa agas bisa bekerja sama dengan temannya. Sehingga siswa termotivasi agar aktif dalam pembelajaran.
3.      Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Penyelidikan adalah inti dari model pembelajaran problem based instruction. Penyelidikan dilakukan dengan cara  pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek yang sangat penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong siswa untuk mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar siswa mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri.
Setelah siswa mengumpulkan cukup data dan memberikan permasalahan tentang fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka mulai menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis, penjelasan, dan pemecahan. Selama pengajaran pada fase ini, guru mendorong siswa untuk menyampaikan semua ide-idenya dan menerima secara penuh ide tersebut. Guru juga harus mengajukan pertanyaan yang membuat siswa berpikir tentang kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka buat serta tentang kualitas informasi yang dikumpulkan.  
4.      Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Pada tahap ini siswa diminta untuk menyajikan hasil penyelidikan mereka di depan kelas. Kemudian mengembangkannya menjadi sebuah pengetahuan yang baru sebagai hasil dari penyelidikan.  Hasil karya yang disajikan bisa berupa laporan hasil penyelidikan, rekaman video dan karya lainnya yang sesuai dengan pembelajaran.
5.      Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Fase ini dimaksudkan untuk membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru meminta siswa untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya. Sehingga diperoleh suatu konstruksi pemikiran yang menggabungkan pengetahuan awal mereka dengan pengetahuan yang baru mereka dapatkan melalui proses pembelajaran.
Tabel 2.2
Tahap Pembelajaran PBI
No
Fase
Perilaku guru
1
Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demontrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.
2
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membimbing siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk medapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model serta membantu mereka untuk membagi tugas dengan temannya.
5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
(Trianto, 2009: 98)

3.    Hasil Belajar Fisika
a.      Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah hasil akhir yang didapatkan oleh siswa berupa nilai pelajaran siswa setelah melalui proses pembelajaran. Nilai ini tentunya didapatkan siswa setelah melalui tes. Hasil tes tersebut dapat dijadikan tolak ukur apakah siswa telah berhasil mempelajari suatu materi pokok atau belum. Apabila kita mengacu pada tujuan dari pembelajaran, tentunya hasil belajar yang diharapkan mencakup berbagai aspek. Baik penguasaan kosep, sikap ilmiah, bernalar dan berpikir ilmiah. Tercapainya tujuan pembelajaran tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan siswa dalam belajar.
Menurut Winkel dalam Purwanto (2008: 45) hasil belajar merupakan perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Menurut Bloom (dalam Sudjana, 2005: 22) bahwa hasil belajar meliputi tiga ranah yaitu:
a.       Ranah kognitif, yang terdiri dari pengetahuan atau ingatan, pemahaman, analisis, sintesis, dan evaluasi.
b.      Ranah afektif, yang terdiri dari penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi.
c.       Ranah psikomotor, yang terdiri dari gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, dan gerakan ekspresif interpretatif.

Sagala (2006: 157-160) menguraikan lebih jelas lagi unsur-unsur yang terdapat dalam ketiga aspek hasil belajar tersebut berdasarkan taksonomi bloom, yaitu:
a.       Aspek Kognitif
Menurut Banjamin Bloom dalam Sagala (2006: 157), terdapat enam tingkatan dalam domain kognitif, yaitu:
1.      Pengetahuan/ingatan (knowledge); aspek ini mengacu pada kemampuan mengenal dan mengingat materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada hal-hal yang sukar.
2.      Pemahaman (comprehension); aspek ini mengacu pada kemampuan untuk mengerti dan memahami sesuatu itu diketahui atau diingat dan memaknai arti bahan materi yang dipelajari.
3.      Aplikasi/penerapan (application); aspek ini mengacu pada kemampuan menggunakan atau menenerapkan pengetahuan atau menggunakan ide-ide umum, metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya.
4.      Analisa (analysis); aspek ini mengacu pada kemampuan mengkaji atau menguraikan sesuatu bahan atau keadaan dalam komponen-komponen atau bagian-bagian yang lebih spesifik, serta mampu memahami hubungan diantara bagian yang satu dengan yang lain, sehingga struktur atau aturannya dapat lebih dipahami.
5.      Evaluasi (evaluation); aspek ini mengacu pada kemampuan memberikan pertimbangan atau penilaian terhadap gejala atau peristiwa berdasarkan norma-norma atau patokan-patokan berdasarkan kriteria tertentu.
6.      Penciptaan (create); aspek ini mengacu pada kemampuan untuk menghasilkan hipotesis atas suatu gejala atau peristiwa yang diamati, merencanakan suatu penelitian untuk topik lama yang telah diberikan dan membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru.

b.      Aspek Apektif
Menurut Krathwohl, Bloom dan Mansia dalam Sagala (2006: 159) bahwa domain apektif terdiri dari lima kategori, yaitu:
1.      Penerimaan (receiving); aspek ini mengacu pada kepekaan dan kesediaan serta menaruh perhatian terhadap nilai tertentu, seperti kesediaan menerima norma-norma disiplin yang berlaku di sekolah.
2.      Pemberian respon (responding); aspek ini mengacu pada kecenderungan memperlihatkan reaksi pada norma tertentu.
3.      Penghargaan/penilaian (vuling); aspek ini mengacu pada kecenderungan menerima suatu norma tertentu, menghargai suatu norma, memberikan penilaian terhadap sesuatu dengan memposisikan diri sesuai dengan penilaian itu dan mengikat diri pada suatu norma.
4.      Pengorganisasian (organization); aspek ini mengacu pada proses membentuk konsep tentang suatu nilai serta menyusun suatu sistem nilai-nilai dalam dirinya.
5.      Karakterisasi (characterization); aspek ini mengacu pada proses mewujudkan nilai-nilai dalam pribadi sehingga merupakan watak, dimana norma itu tercermin dalam pribadinya.

c.       Aspek Psikomotor
Menurut Elizabeth Simpson dalam Sagala (2006: 160), bahwa domain kognitif terbagi atas tujuh kategori, yaitu:
1.      Persepsi (perception); aspek ini mengacu pada penggunaan alat untuk memperoleh kesadaran akan suatu objek atau gerakan dan mengalihkannya ke dalam kegiatan atau perbuatan.
2.      Kesiapan (set); aspek ini mengacu pada memberikan respon secara mental, fisik, maupun perasaan untuk suatu kegiatan.
3.      Respon terbimbing (guided respons); aspek ini mengacu pada pemberian respon perilaku, kegiatan-kegiatan yang diperlihatkan dan didemonstrasikan sebelumnya.
4.      Mekanisme (mechanical respons); aspek ini mengacu pada keadaan dimana respon fisik yang dipelajari telah menjadi kebiasaan.
5.      Respon yang kompleks (complex respons); aspek ini mengacu pada respon atau penampilan perilaku atau gerakan yang cukup rumit dengan terampil dan efisien.
6.      Penyesuaian pola gerakan atau adaptasi (adjustment); aspek ini mengacu pada kemampuan menyesuaikan respon atau perilaku gerakan dengan situasi yang baru.
7.      Organisasi, aspek ini mengacu pada kemampuan menampilkan pola-pola gerak-gerik yang baru, dalam arti menciptakan perilaku dan gerakan yang baru dilakukan atas prakarsa atau inisiatif sendiri.

Bardasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu gambaran dimana siswa mempunyai perubahan ke arah yang lebih baik. Perubahan tersebut baik dalam aspek pengetahuan (kognitif), aspek sikap (apektif), maupun aspek keterampilan (psikomotor).
b.      Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Fisika
Menurut Syah (2003: 144) berhasil atau tidaknya pencapaian hasil belajar seseorang disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya sebagai berikut:
a.       Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa.
b.      Faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar siswa.
c.       Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan memperlajari materi-materi pelajaran.
Faktor-faktor di atas saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Oleh karena itu, baik guru maupun orang tua harus dapat mengetahui faktor-faktor yang dapat menghambat proses belajar mereka agar dapat menciptakan situasi dan kondisi belajar yang bisa mendukung keberhasilan belajar siswa, baik di sekolah maupun di rumah.

B.       Penelitian yang relevan
Dari penelitian yang pernah dilakukan diketahui bahwa Model pembelajaran ini terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Oryanti (2007: 56) pada siswa SMPN 1 Sukabumi. Model ini merupakan model pembelajaran yang menyajikan kepada siswa situasi masalah yang nyata dalam kehidupan sehari-hari yang dapat memberikan kemudahan untuk melakukan penyelidikan.

C.      Kerangka Berpikir
Dari hasil observasi diketahui bahwa hasil belajar siswa di SMAN 21 Jakarta masih belum mencapai KKM. Padahal dalam kegiatan belajar mengajar selalu melibatkan siswa secara aktif dalam baik dalam kooperatif ataupun percobaan sederhana. Tetapi keterlibatan siswa yang selama ini terjadi belum bisa mengantarkan siswa mencapai hasil belajar siswa yang mencapai KKM
Diduga hal ini karena walapun model pembelajaran yang digunakan sudah melibatkan siswa aktif tetapi belum mampu mengantarkan siswa untuk dapat memecahkan masalah sehari-hari yang sangan kontekstual. Sehingga ketika siswa dihadapkan pada soal cerita yang berisi permasalahan sehari-hari siswa kesulitan. Untuk mengatasi hal itu maka perlu model yang mengedepankan masalah. Salah satu model pembelajaran yang mengedepankan permasalahan dalam pembelajaran fisika adalah model pembelajaran probem based istruction. Diharapkan model PBI dapat membantu siswa ketika menhadapi soal yang berisi permasalahan sehari-hari sehingga hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika bisa meningkat.
D.      Hipotesis Tindakan
Penggunaan Model Pembelajaran problem based instruction akan meningkatkan hasil belajar siswa pada materi gerak kelas X SMA N 21 jakarta

No comments:

Post a Comment