BAB II
KAJIAN TEORI DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1.
Model pembelajaran problem based
instruction
Menurut Arends (dalam Trianto, 2009: 92) PBI
merupakan suatu pembelajaran yang siswa sendiri mengerjakan permasalahan yang
autentik dengan maksud menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan
inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat
tinggi. Siswa dihadapkan pada
persoalan-persoalan nyata yang erat dengan kehidupan sehari-hari. Siswa
dituntut untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
Ciri-ciri dari model pembelajaran PBI
adalah: Pertama, PBI merupakan
suatu pembelajaran. Artinya bahwa siswa sebagai individu yang belajar harus
aktif dalam proses pembelajaran. Kedua,
PBI didasarkan pada masalah. Maka tanpa adanya masalah yang muncul
tidak akan ada proses pembelajaran. Ketiga,
pemecahan masalah yang dilakukan menggunakan pendekatan berpikir
secara ilmiah.
Hakikat masalah dari model pembelajaran PBI
adalah gap atau kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang
diharapkan atau antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan
(Sanjaya, 2009: 216). Permasalahan yang dikemukakan adalah permasalahan yang
terbuka. Sumber belajarnya pun tidak terbatas pada buku saja, melainkan
peristiwa-peristiwa yang sesuai dengan kurikulum pembelajaran.
Menurut Ibrahim (dalam Trianto, 2007: 97) peran guru dalam PBI
antara lain sebagai berikut :
1)
Mengajukan
masalah atau mengorientasikan siswa
kepada masalah autentik, yaitu masalah kehidupan nyata sehari-hari.
2)
Memfasilitasi/membimbing
penyelidikan, misalnya melakukan pengamatan atau melakukan eksperimen/percobaan.
3)
Memfasilitasi
dialog siswa.
4)
Mendukung
belajar siswa.
2.
Langkah-Langkah
Model Pembelajaran Problem Based Instruction
Menurut Trianto (2009: 98) tahapan-tahapan model pembelajaran
PBI meliputi: (1) Orientasi siswa pada masalah; (2) Mengorganisasikan
siswa untuk belajar; (3) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok;
(4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya; (5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
(4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya; (5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Adapun rincian tiap tahap adalah sebagai berikut:
1.
Mengorientasikan siswa
pada masalah
Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan
aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Dalam tahapan ini guru menjelaskan
dengan rinci apa yang harus dilakukan oleh
siswa dan juga oleh guru.
Sutrisno (dalam Dasna, 2007: 1) menekankan empat hal
penting pada proses ini, yaitu: (1) Tujuan utama pengajaran ini tidak untuk mempelajari sejumlah besar informasi baru,
tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting dan
bagaimana menjadi siswa yang mandiri, (2) Permasalahan dan pertanyaan yang
diselidiki tidak mempunyai jawaban mutlak “benar“, sebuah masalah yang rumit
atau kompleks mempunyai banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan, (3)
Selama tahap penyelidikan (dalam pengajaran ini), siswa didorong untuk
mengajukan pertanyaan dan mencari informasi. Guru akan bertindak sebagai pembimbing
yang siap membantu, namun siswa harus berusaha untuk bekerja mandiri atau
dengan temannya, dan (4) Selama tahap analisis dan penjelasan, siswa akan
didorong untuk menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan. Tidak
ada ide yang akan ditertawakan oleh guru atau teman sekelas. Semua siswa diberi
peluang untuk menyumbang kepada penyelidikan dan menyampaikan ide-ide mereka.
2.
Mengorganisasikan siswa
untuk belajar
Pada tahap ini guru membuat kondisi sedemikian rupa sehingga pembelajaran dapat
berjalan dengan efektif dan kondusif. Siswa dibentuk kedalam kelompok-kelompok
yang disesuaikan dengan jumlah siswa, karena disamping mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, model pembelajaran PBI juga mendorong siswa belajar berkolaborasi. Pemecahan suatu
masalah sangat membutuhkan kerjasama dan sharing antar anggota. Guru
juga mengatur dan memotivasi siswa agas bisa bekerja sama dengan temannya.
Sehingga siswa termotivasi agar aktif dalam pembelajaran.
3.
Membimbing penyelidikan individual
maupun kelompok
Penyelidikan adalah inti dari model pembelajaran problem
based instruction.
Penyelidikan dilakukan dengan cara pengumpulan
data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan pemecahan.
Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek yang sangat penting. Pada
tahap ini, guru harus mendorong siswa untuk mengumpulkan data dan melaksanakan
eksperimen sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan.
Tujuannya adalah agar siswa mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan
membangun ide mereka sendiri.
Setelah siswa mengumpulkan cukup data dan memberikan
permasalahan tentang fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka mulai menawarkan penjelasan dalam
bentuk hipotesis, penjelasan, dan pemecahan. Selama pengajaran pada fase ini, guru
mendorong siswa untuk menyampaikan semua ide-idenya dan menerima secara penuh ide tersebut. Guru
juga harus mengajukan pertanyaan yang membuat siswa berpikir tentang kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka buat serta
tentang kualitas informasi yang dikumpulkan.
4.
Mengembangkan dan menyajikan hasil
karya
Pada tahap ini siswa diminta untuk menyajikan hasil penyelidikan mereka di depan kelas.
Kemudian mengembangkannya menjadi sebuah pengetahuan yang baru sebagai hasil
dari penyelidikan. Hasil karya yang disajikan bisa berupa laporan
hasil penyelidikan, rekaman video dan karya lainnya yang sesuai dengan
pembelajaran.
5.
Menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah
Fase ini dimaksudkan untuk membantu siswa menganalisis
dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan
intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru meminta siswa untuk merekonstruksi pemikiran dan
aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya. Sehingga
diperoleh suatu konstruksi pemikiran yang menggabungkan pengetahuan awal mereka
dengan pengetahuan yang baru mereka dapatkan melalui proses pembelajaran.
Tabel 2.2
Tahap Pembelajaran PBI
No
|
Fase
|
Perilaku guru
|
1
|
Orientasi siswa pada masalah
|
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demontrasi
atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam
pemecahan masalah yang dipilih.
|
2
|
Mengorganisasi siswa untuk belajar
|
Guru membimbing siswa untuk mendefinisikan
dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
|
3
|
Membimbing penyelidikan individual maupun
kelompok
|
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk medapatkan penjelasan
dan pemecahan masalah.
|
4
|
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
|
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model serta membantu
mereka untuk membagi tugas dengan temannya.
|
5
|
Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah
|
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi
atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka
gunakan.
|
(Trianto,
2009: 98)
3.
Hasil
Belajar Fisika
a.
Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah hasil akhir yang didapatkan oleh siswa berupa
nilai pelajaran siswa setelah melalui proses pembelajaran. Nilai ini tentunya
didapatkan siswa setelah melalui tes. Hasil tes tersebut dapat dijadikan tolak
ukur apakah siswa telah berhasil mempelajari suatu materi pokok atau belum.
Apabila kita mengacu pada tujuan dari pembelajaran, tentunya hasil belajar yang
diharapkan mencakup berbagai aspek. Baik penguasaan kosep, sikap ilmiah,
bernalar dan berpikir ilmiah. Tercapainya tujuan pembelajaran tersebut merupakan
salah satu indikator keberhasilan siswa dalam belajar.
Menurut Winkel dalam Purwanto (2008: 45) hasil belajar merupakan
perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.
Menurut Bloom (dalam Sudjana, 2005: 22) bahwa hasil belajar meliputi tiga ranah
yaitu:
a.
Ranah kognitif,
yang terdiri dari pengetahuan atau ingatan, pemahaman, analisis, sintesis, dan evaluasi.
b.
Ranah afektif,
yang terdiri dari penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan
internalisasi.
c.
Ranah
psikomotor, yang terdiri dari gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar,
kemampuan perseptual, dan gerakan ekspresif interpretatif.
Sagala (2006: 157-160) menguraikan lebih jelas lagi unsur-unsur
yang terdapat dalam ketiga aspek hasil belajar tersebut berdasarkan taksonomi
bloom, yaitu:
a.
Aspek
Kognitif
Menurut Banjamin Bloom dalam Sagala (2006: 157), terdapat enam
tingkatan dalam domain kognitif, yaitu:
1.
Pengetahuan/ingatan
(knowledge); aspek ini mengacu pada kemampuan mengenal dan mengingat materi
yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada hal-hal yang sukar.
2.
Pemahaman (comprehension);
aspek ini mengacu pada kemampuan untuk mengerti dan memahami sesuatu itu
diketahui atau diingat dan memaknai arti bahan materi yang dipelajari.
3.
Aplikasi/penerapan
(application); aspek ini mengacu pada kemampuan menggunakan atau
menenerapkan pengetahuan atau menggunakan ide-ide umum, metode-metode,
prinsip-prinsip,
rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya.
4.
Analisa (analysis);
aspek ini mengacu pada kemampuan mengkaji atau menguraikan sesuatu bahan atau
keadaan dalam komponen-komponen atau bagian-bagian yang lebih spesifik, serta
mampu memahami hubungan diantara bagian yang satu dengan yang lain, sehingga
struktur atau aturannya dapat lebih dipahami.
5.
Evaluasi (evaluation);
aspek ini mengacu pada kemampuan memberikan pertimbangan atau penilaian terhadap gejala atau
peristiwa berdasarkan norma-norma atau patokan-patokan berdasarkan kriteria tertentu.
6.
Penciptaan (create);
aspek ini mengacu pada kemampuan untuk menghasilkan hipotesis atas suatu gejala
atau peristiwa yang diamati, merencanakan suatu penelitian untuk topik lama
yang telah diberikan dan membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru.
b.
Aspek
Apektif
Menurut Krathwohl, Bloom dan Mansia dalam Sagala (2006: 159) bahwa
domain apektif terdiri dari lima kategori, yaitu:
1.
Penerimaan (receiving);
aspek ini mengacu pada kepekaan dan kesediaan serta menaruh perhatian terhadap
nilai tertentu, seperti kesediaan menerima norma-norma disiplin yang berlaku di
sekolah.
2.
Pemberian
respon (responding); aspek ini mengacu pada kecenderungan memperlihatkan
reaksi pada norma tertentu.
3.
Penghargaan/penilaian
(vuling); aspek ini mengacu pada kecenderungan menerima suatu norma
tertentu, menghargai suatu norma, memberikan penilaian terhadap sesuatu dengan
memposisikan diri sesuai dengan penilaian itu dan mengikat diri pada suatu
norma.
4.
Pengorganisasian
(organization); aspek ini mengacu pada proses membentuk konsep tentang
suatu nilai serta menyusun suatu sistem nilai-nilai dalam dirinya.
5.
Karakterisasi (characterization);
aspek ini mengacu pada proses mewujudkan nilai-nilai dalam pribadi sehingga
merupakan watak, dimana norma itu tercermin dalam pribadinya.
c.
Aspek
Psikomotor
Menurut Elizabeth Simpson dalam Sagala (2006: 160), bahwa domain
kognitif terbagi atas tujuh kategori, yaitu:
1.
Persepsi (perception);
aspek ini mengacu pada penggunaan alat untuk memperoleh kesadaran akan suatu
objek atau gerakan dan mengalihkannya ke dalam kegiatan atau perbuatan.
2.
Kesiapan (set);
aspek ini mengacu pada memberikan respon secara mental, fisik, maupun perasaan
untuk suatu kegiatan.
3.
Respon
terbimbing (guided respons); aspek ini mengacu pada pemberian respon
perilaku, kegiatan-kegiatan yang diperlihatkan dan didemonstrasikan sebelumnya.
4.
Mekanisme (mechanical
respons); aspek ini mengacu pada keadaan dimana respon fisik yang
dipelajari telah menjadi kebiasaan.
5.
Respon yang
kompleks (complex respons); aspek ini mengacu pada respon atau
penampilan perilaku atau gerakan yang cukup rumit dengan terampil dan efisien.
6.
Penyesuaian
pola gerakan atau adaptasi (adjustment); aspek ini mengacu pada
kemampuan menyesuaikan respon atau perilaku gerakan dengan situasi yang baru.
7.
Organisasi,
aspek ini mengacu pada kemampuan menampilkan pola-pola gerak-gerik yang baru,
dalam arti menciptakan perilaku dan gerakan yang baru dilakukan atas prakarsa
atau inisiatif sendiri.
Bardasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan suatu gambaran dimana siswa mempunyai perubahan ke arah
yang lebih baik. Perubahan tersebut baik dalam aspek pengetahuan (kognitif),
aspek sikap (apektif), maupun aspek keterampilan (psikomotor).
b.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Fisika
Menurut Syah (2003: 144) berhasil atau tidaknya pencapaian hasil
belajar seseorang disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya sebagai berikut:
a.
Faktor internal (faktor dari
dalam diri siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa.
b.
Faktor eksternal (faktor dari
luar diri siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar siswa.
c.
Faktor pendekatan belajar (approach
to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan
metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan memperlajari materi-materi
pelajaran.
Faktor-faktor
di atas saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Oleh karena
itu, baik guru maupun orang tua harus dapat mengetahui
faktor-faktor yang dapat menghambat proses belajar mereka agar dapat
menciptakan situasi dan kondisi belajar yang bisa mendukung keberhasilan
belajar siswa, baik di sekolah maupun di rumah.
B. Penelitian yang relevan
Dari penelitian yang pernah
dilakukan diketahui bahwa Model pembelajaran ini terbukti dapat
meningkatkan hasil belajar siswa berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Oryanti
(2007: 56) pada
siswa SMPN 1 Sukabumi. Model
ini merupakan model pembelajaran yang menyajikan kepada siswa situasi masalah
yang nyata dalam kehidupan sehari-hari yang dapat memberikan kemudahan untuk
melakukan penyelidikan.
C. Kerangka Berpikir
Dari hasil observasi diketahui bahwa hasil belajar
siswa di SMAN 21 Jakarta masih belum mencapai KKM. Padahal dalam kegiatan
belajar mengajar selalu melibatkan siswa secara aktif dalam baik dalam
kooperatif ataupun percobaan sederhana. Tetapi keterlibatan siswa yang selama
ini terjadi belum bisa mengantarkan siswa mencapai hasil belajar siswa yang
mencapai KKM
Diduga hal ini karena walapun model pembelajaran yang
digunakan sudah melibatkan siswa aktif tetapi belum mampu mengantarkan siswa
untuk dapat memecahkan masalah sehari-hari yang sangan kontekstual. Sehingga
ketika siswa dihadapkan pada soal cerita yang berisi permasalahan sehari-hari
siswa kesulitan. Untuk mengatasi hal itu maka perlu model yang mengedepankan
masalah. Salah satu model pembelajaran yang mengedepankan permasalahan dalam
pembelajaran fisika adalah model pembelajaran probem based istruction. Diharapkan model PBI dapat membantu siswa
ketika menhadapi soal yang berisi permasalahan sehari-hari sehingga hasil
belajar siswa pada mata pelajaran fisika bisa meningkat.
D. Hipotesis Tindakan
Penggunaan Model Pembelajaran
problem based instruction akan meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
gerak kelas X SMA N 21 jakarta
No comments:
Post a Comment