BIDIK MISI,
layu sebelum berkembang
Suatu pagi
ketika matahari belum meninggi terdengar suara nada SMS yang sengaja ku setting.
Ah.. sms dari siapa? tanyaku dalam hati. sambil jariku memainkan tombol handphone,
terlihat sms dari yoksen. Oh yoksen kataku dalam hati.
Yoksen:
selamat pagi bapak
Aku: pagi
juga yoksen
Yoksen: apa
kabar?
Aku : baik,
kamu apa kabar?
Yoksen: Baik.
Bapak sedang dimana?
Aku : Bpak sedang di tempat teman, amabi oefeto timur.
Yoksen: Oh
begitu
Aku: iya
aku memang
tidak terlalu bersemangat membalas sms itu
yoksen : Bapak
kapan ke manubelon?
Aku: Nanti
pas masuk sekolah….
Waktu itu
memang sedang liburan sekolah di tempatku mengabdi. Percakapanpun berlanjut.
Yoksen : Bapa
tau Untad ko?
Aku : Mmm
tau memang kenapa?
Jawabku
mulai penasaran dan bersemangat
Yoksen :Bapak
doakan B, B lulus bidikmisi di untad.
Aku : Oh
ya?! Jurusan apa?
Yoksen : Kimia
bapak! Tanggal 16 nanti B pi palu
Aku : Oh ya
bapak doakan semoga berhasil ya
Yoksen :Makasih
banyak bapak…
Aku : iya
sama2 semangat ya yoksen. Kamu pasti bias
Aku senang
bukan kepalang. Salah satu muridku lulus bidik misi. Masa depan yang cerah
memantimu yoksen gumamku dalam kesendirian.
***
Pikiranku
melayang ke massa lalu melewati batas waktu. Seolah ku pergi kembali ke masa
saat pertama kali datang ke SMAN 1 amfoang barat daya. Sekolah yang terdiri
dari 3 duang permanen dan 3 ruang darurat. Tak ada fasilitas lebih, slain tanah
yang menghampar luas yang ditumbuhi rerumputan. Kusaksikan diriku sendiri datang
ke kelas XII IPA untuk pertama kalinya.
Kelas yang berlantai pasir beratap daun dan berdinding bambu yang
dibelah. Terlihat di wajah kesebelas putra putri amfoang itu rasa penasaran dan
bahagia mereka dengan guru fisikanya yang baru dating, yaitu aku sendiri.
Membuat guru fisika itu semangat untuk belajar bersama anak-anak itu. tak ingin
membuat mereka kecewa.
pembelajaranpun
berlangsung menyenangkan waktu itu. Semakin sering pertemuan kami di kelas XII
IPA itu semakin mengakrabkan kami dalam suasana pembelajaran yang asik. Seolah
kami sudah kenal bertahun-tahun. Rasa canggung antara murid dan guru baru mulai
tertelan waktu.
Tapi dinamika
terus berlanjut. kadang aku kesal juga pada anak-anak ini. susah sekali faham
akan konsep tertentu dalam fisika. Suatu ketika dalam pengayaan, kami membahas
suatu konsep dan mencoba menyelesaikan soal. Ketika ku Tanya mereka kebanyakan
tidak faham. “siapa yang faham? tanyaku geram. Ah seharunya jangan seperti itu
sesalku dalam hati. Seorang anak laki-laki menjawab “coba saya pak!”. ‘yoksen
kamu kedepan!’ timpalku. Yoksen kedepan dan jawabannya kali ini benar.
Coba yoksen
terangkan pada teman-teman kamu! Dengan bahasa kamu sendiri! Terserah mau
bagaimana? Pintaku pada yoksen. Yoksen pun menerangkan pada taman-temannya.
Penerangannya sama saja dengan yang aku sampaikan hanya dalam susunan kata yang
agak berbeda dan sedikit ada bahasa daerah yang terlontar dari mulutnya. Tak
berapa lama teman-tamannya bilah “oooohh…” tanda mengerti. ‘Ah… apa bedanya
dengan konsepku’ ucapku dalam hati. Tapi mungkin karena susunan kalimat dan
bahasa yang agak berbeda denganku mereka kurang faham. Yoksen memang termasuk
yang pintar selain seorang putri yang bernama widya wenyi. Pertemuan-pertemuan
berikutnya ketika kuterangkan konsep dan mereka belum faham. Kutanya yoksen. Jika
dia faham maka aku minta dia menerangkan kepada teman-temannya dengan bahasa
dan susunan kalimat mereka.
***
“hey!’ ucap
temanku sekaligus menarikku dari masa lalu kembali kemasa kini. Ah kamu memang
anak yang cerdas yoksen! Gumamku. Akhir pertemuan ku dengan murid-muridku
tercinta adalah ketika perpisahan kelas tiga. Mereka semua lulus. Ah wajar mereka
lulus semua ucapku dalam hati. Toh ini hanya ujian nasional, tidak terlalu
sulit. Tapi kecerdasan yoksen lagi-lagi dibuktikan dengan lulusnya dia menembus
bidikmisi yang tentu saja lewat ujian snmptn.
Hari-hari
liburan sekolahpun habis satu per satu. Tak terasa hanya tersisa satu hari.
Tangan 18 juli besok aku harus kembali ke kampong tempat sekolah ku berada.
Karena memang jatah libur waktu itu hanya sampai 18 juli 2012. Seperti
keberangkatanku yang pertama, aku harus bangun subuh dan naik oto* yang menuju
kampong tepat jam 5 karena hanya ada 3 mobil yang lewatk ke kampungku. semuanya
berangkat jam 5 pagi. Ah perjalanan yang akan melelahkan pikirku. Karena
perjalanan akan ditempuh dalam waktu 8 jam jika lancer. Setengah hari lebih.
Ditengah
perjalanan mobil yang ku niaki mogok. Dan seluruh penumpang harus turun. Aku
melihat salah satu muridku yang baru lulus ujian nasional kemarin. Kami ngobrol
kesana kemari tentang sekolah, kuliah dan sebagainya. Aku ingat yoksen hari ini
berangkat ke Untad, Palu. Kutanyakan perihal
itu ada muridku itu. Betapa terkejutnya aku ketika kudengan yoksen tidak jadi
berangkat. Aku penasaran kenapa yoksen tidak jadi berangkat. Padahal beasiswa
bidikmisi merupakan beasiswa penuh hingga selesai sarjana. Ah… kenapa tidak
berangkat! Gumamku sangat geram.
Segera
kucari nama yoksen di kontak hpku. Kukirim pesan padanya
Aku:
yoksen! Kamu jadi berangkat hari ini ke untad palu?! Kenapa?
Yoksen: Tidak
jadi pak!
Aku : Kenapa?
Apa persyaratannya ada yang kurang?
Yoksen: Bukan
pak, ongkos untuk pesawatnya kurang. Dan saya tidak bisa pulang lagi ke kampong
untuk ambil uang. Hari ini terakhir daftar ulang bapak. Di kampun juga son2)
ada uang.
Aku : Memangnya
berapa tiket pesawatnya? (ku pukir hanya 600 atau 800 ribu seterti kupang –
Jakarta. Mungkin aku bias membantu. Kebetulan masih tersisa sedikit uang.)
Yoksen : Tiketnya
3,5 juta bapak sampai ke palu.
Ah besar
sekali. Kukira hanya 600 ribu atau 800 ribu. Uangku waktu itu memang sudah
menipis juga karena sebagian sudah dikirim untuk keluarga di rumah. Aku geram
kesal. AAARRGH tapi tak tahu entah kesal pada siapa. Pada diriku sndiri mungkin
karena tak bias bern=buat apa-apa.
Kamu tidak
pinjam dulu ke sodara kamu di kupang?
Son ada
sodara bapak. Mereka ju son ada uang na…
Ah
sudahlah. Aku menyerah dan kalah pada keadaan. Memang harus ada jalan lain. Kalimat
terakhir yang aku katakana pada dia ‘tuhan pasti punya rencana lain yang lebih
baik untuk kamu yoksen’. Terakhir kudengar dia bekerja sebagai teknisi listrik
di kota kupang.